Impotensi dalam Pandangan Psikologi

Impotensi dalam Pandangan Psikologi

Penulis ingat kuliah yang diberikan dosen ketika menjadi mahasiswa dulu yang mengatakan “Jika kalian sering melakukan seks sebelum nikah, kemungkinan impotensi lebih besar!”. Benarkah hal tersebut? sebelum menelisik validitas pernyataan dosen saya tsb, mari kita simak terlebih dahulu apa itu Impotensi.

Impotensi adalah ketidakmampuan pria melakukan ereksi pada alat vitalnya (penis). Ada tiga macam sifat impotensi yakni organis, fungsional dan psikogen. Impotensi organis jarang sekali ditemukan, yakni disebabkan oleh cacat organis atau anatomis pada alat kelamin, atau ada kerusakan pada susunan syaraf pusat. Sedangkan, Impotensi fungsional disebabkan oleh gangguan syaraf yang timbul karena pemakaian obat-obatan tertentu, obat bius berlebihan, kecanduan alkohol, kekurangan hormon, kelelahan yang berlebihan, penyakit tertentu (diabetes, dll), bahkan merokok.

Baca Juga :

Dunia psikologi tidak akan membahas spesifik mengenai impotensi organis dan fungsional dikarenakan memang bukan kapasitas kami untuk membahasnya. Kami akan membahas impotensi psikogen.

Impotensi Psikogen

Impotensi psikogen merupakan jenis impotensi yang paling banyak terjadi, yaitu disebabkan oleh gangguan-gangguan psikologis, gangguan emosional (rasa takut dan kecemasan yang hebat, kecewa, rasa jengkel, motif balas dendam, kurangnya kepercayaan diri dan lainnya). Ada kalanya bisa terjadi ereksi, namun kembali lemas kembali ketika mendekati vagina; seperti takut pada vagina. Hal ini disebabkan oleh adanya perasaan cemas dan ketakutan, sebagai produk dari pengalaman masa kecil atau masa muda. Impotensi tsb juga bisa disebabkan orang yang bersangkutan berpegang terlalu ketat pada tabu-tabu dan larangan seks yang keras. Sehingga dirinya selalu dhantui oleh “indoktrinasi seksual” tentang dosa-dosa seks.

Baca :  4 Anugerah Manusia dalam Teori Behavioristik

Impotensi juga bisa disebabkan oleh karena penghinaan-penghinaan (bullying) yang dilontarkan oleh isteri atau partner seksnya, ketika sang suami tidak mampu memuaskan pihak istri. Penghinaan bisa juga dilontarkan oleh teman-teman kita, yang sering mengejek dengan sebutan “banci”, “lemah syahwat”, “betina”, dan ejekan lain yang menyebabkan timbulnya devaluasi-diri. Tidak jarang, hal ini berujung pada perselingkuhan pihak istri dan bahkan perceraian.

Impotensi juga bisa terjadi karena ketidakpercayaan diri. Adanya anggapan/perasaan/kepercayaan pada diri pria tsb bahwa dia sungguh-sungguh lemah dan impoten. Ada proses “nominasi diri” (zelfbenaming) sehingga perasaan tadi memberikan pengaruh sugestif pada diri. Faktor kepercayaan diri berkaitan erat dengan penghinaan-penghinaan yang ditujukan pada diri pria tsb, karena bisa merusak kepercayaan diri seseorang. Bila seorang pria meragukan potensi seksualnya, lambat laun dia betul-betul akan menjadi impoten.

Ketiga hal tersebut diatas rasa takut/cemas yang berlebihan, penghinaan-penghinaan dan ketidakpercayaan diri itu saling berkaitan erat.

Terapi Penyembuhan Impotensi

Impotensi yang bersifat fisik telah banyak ditemukan teknik penyembuhannya, misalnya dengan obat, suntikan hormon, bedah kecil dan lain sebagainya. Namun jika faktor impotensi adalah psikogen, maka klien harus mendapatkan psikoterapi yang cukup lama dan intensif, untuk menghilangkan sumber-sumber penyebabnya dan menumbuhkan kembali kepercayaan diri. Jadi impotensi (psikogen) dapat disembuhkan dengan jalan re-edukasi mental dan re-learning posisi coitus (misalnya, woman on top; wanita berada di atas pria).

Baca :  Teori Cinta: 4 Teori Yang Menjelaskan Tentang Cinta

Penutup. Lantas benar tidak pernyataan dosen saya seperti yang terlontar di awal tulisan ini, bahwa seks pranikah dapat menyebabkan impotensi? Bagi kalian yang masih mahasiswa atau bahkan masih duduk di bangku sekolah, dimana kalian melakukan seks dengan pacar kamu? Hotel? Kamar Kos? atau bahkan di sembarang tempat? Penulis yakin sedikit dari kamu menyewa kamar hotel karena isi kantong pas-pasan. Nah jika kamu melakukannya di kamar kos, apa yang kamu rasakan? Takut, cemas, was-was, rasa tidak nyaman, takut ketahuan teman bahkan bapak kos? Nah, sesuai penjelasan diatas, kecemasan inilah yang kelak menimbulkan impotensi pada diri kamu. Jadi kalau kamu tidak ingin impoten, maka Don’t make sex before marriage !!

Share this post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *