• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar

DUNIA PSIKOLOGI

Artikel Dan Berita Seputar Psikologi

  • Psikologi Kepribadian
  • Psikologi Populer
  • Psikologi Umum
  • Other
    • Tips Psikologi
    • Tokoh Psikologi
    • Psikologi Anak
    • Tips Psikologi
    • Psikologi Remaja
    • Artikel Psikologi
Home / Psikologi Kepribadian / Narsis : Pengertian, Definisi dan Asal Mulanya
Narsis : Pengertian, Definisi dan Asal Mulanya
Narsis

Narsis : Pengertian, Definisi dan Asal Mulanya

11 September 2011 by admin Leave a Comment

Narsis, Pengertian dan Definisinya. Asal Mula istilah Narsis. Konsep dan istilah narsisisme atau narsisistik berawal dari mitologi Yunani kuno tentang seorang pemuda tampan yang bernama Narsisus. Narsisus adalah putra dewa sungai, Cephissus. Pada saat itu Echo, seorang dewi yang tidak bisa berbicara, jatuh cinta kepadanya. Namun Narcisus bertindak kejam dan menolak cinta Echo. Pada suatu hari, Narsisus melewati sebuah danau yang sangat bening airnya dan melihat pantulan dirinya sendiri. Narsisus sangat mengagumi dan jatuh cinta pada pantulan itu. Narsisus sangat ingin menjamah dan memiliki wajah yang dilihatnya, tapi setiap kali mengulurkan tangannya untuk meraih pantulan itu, bayangan itu kemudian menghilang.

Narsisus tetap menunggu di tepi danau untuk mendapatkan bayangan yang menjadi obyek kekagumannya sampai mau menceburkan dirinya sendiri ke dalam danau dan akhirnya mati. Para dewa merasa kasihan padanya, sehingga Narsisus ditranformasikan menjadi tumbuhan berbunga yang diberi nama Narsisus berwarna kuning cerah, dan dikenal juga dengan nama Yellow Daffodil. Mitologi ini digunakan dalam Psikologi pertama kalinya oleh Sigmund Freud (1856-1939) untuk menggambarkan individu-individu yang menunjukkan cinta diri yang berlebihan. Freud menamakan “The narsissists” dan pelakunya disebut individu narsisistik atau seorang narsisis (http://www.psikologiums.net).

Lebih lanjut Fromm berpendapat, narsisme merupakan kondisi pengalaman seseorang yang dia rasakan sebagai sesuatu yang benar-benar nyata hanyalah tubuhnya, kebutuhannya, perasaannya, pikirannya, serta benda atau orang-orang yang masih ada hubungan dengannya. Sebaliknya, orang atau kelompok lain yang tidak menjadi bagiannya senatiasa dianggap tidak nyata, inferior, tidak memiliki arti, dan karenanya tidak perlu dihiraukan. Bahkan, ketika yang lain itu dianggap sebagai ancaman, apa pun bisa dilakukan, melalui agresi sekalipun (Pikiran Rakyat, 14/04/2003).

Menurut Spencer A Rathus dan Jeffrey S Nevid dalam bukunya, Abnormal Psychology (2000), orang yang narcissistic atau narsistik memandang dirinya dengan cara yang berlebihan. Mereka senang sekali menyombongkan dirinya dan berharap orang lain memberikan pujian. Menurut Rathus dan Nevid (2000) dalam bukunya, Abnormal Psychology orang yang narsistik memandang dirinya dengan cara yang berlebihan, senang sekali menyombongkan dirinya dan berharap orang lain memberikan pujian (Kompas, Jumat, 01 April 2005).

Baca :   Mengubah Orang Lain, Bisakah?

Sedangkan menurut Papu (2002) yang mengutip DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders – Fourth Edition) orang yang narsistik akan mengalami gangguan kepribadian, gangguan kepribadian yang dimaksud adalah gangguan kepribadian narsisistik atau narcissistic personality disorder. Gangguan kepribadian ini ditandai dengan ciri-ciri berupa perasaan superior bahwa dirinya adalah paling penting, paling mampu, paling unik, sangat eksesif untuk dikagumi dan disanjung, kurang memiliki empathy, angkuh dan selalu merasa bahwa dirinya layak untuk diperlakukan berbeda dengan orang lain.

Lebih lanjut menurut Menurut Sadarjoen (2003) yang mengutip Mitchell JJ dalam bukunya, The Natural Limitations of Youth, ada lima penyebab kemunculan narsis pada remaja, yaitu adanya kecenderungan mengharapkan perlakuan khusus, kurang bisa berempati sama orang lain, sulit memberikan kasih sayang, belum punya kontrol moral yang kuat, dan kurang rasional. Kedua aspek terakhir inilah yang paling kuat memicu narsisme yang berefek gawat.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku narsistik ditandai dengan kecenderungan untuk memandang dirinya dengan cara yang berlebihan, senang sekali menyombongkan dirinya dan berharap orang lain memberikan pujian selain itu juga tumbuh perasaan paling mampu, paling unik.

Artikel Narsis, Pengertian dan Definisinya pertama kali diterbitkan dunia psikologi pada 13 Desember 2008.


Pencarian: Arti Narsis, Pengertian Narsis, Narsis, Narsis Artinya, Narsis Adalah, Apa Arti Narsis, Definisi Narsis, Apa Itu Narsis, Arti Narsis Adalah, Pengertian Narsistik

Related posts:

  • Faktor Penyebab Dan Ciri-ciri Sikap Narsistik
  • Sikap – Pengertian, Definisi dan Faktor yang Mempengaruhi
  • Kecerdasan Emosional – Pengertian, Definisi dan Unsur-unsurnya
  • Persepsi ; Pengertian, Definisi dan Faktor yang Mempengaruhi
  • Depresi – Pengertian, Penyebab dan Gejalanya
  • Kematangan Emosi; Pengertian dan Faktor yang Mempengaruhi
  • Remaja, Pengertian dan Definisinya

Psikologi Kepribadian Psikologi RemajaTagged With: Definisi Narsis, freud, Narsis, Narsisme, Narsistik, Pengertian Narsis

Reader Interactions

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Primary Sidebar

Popular Posts

  • Apa itu Electra Complex dan Oedipus Complex Apa itu Electra Complex dan Oedipus Complex posted on 12 March 2012
  • 8 Pertanyaan Wawancara untuk Menilai Kecerdasan Emosional 8 Pertanyaan Wawancara untuk Menilai Kecerdasan Emosional posted on 3 April 2019
  • Pengertian Motivasi Pengertian Motivasi posted on 27 September 2011
  • Sikap - Pengertian, Definisi dan Faktor yang Mempengaruhi Sikap – Pengertian, Definisi dan Faktor yang Mempengaruhi posted on 25 March 2012
  • Kecerdasan Emosional – Pengertian, Definisi dan Unsur-unsurnya Kecerdasan Emosional – Pengertian, Definisi dan Unsur-unsurnya posted on 27 September 2011
  • Teori Lengkap Tentang Emosi Teori Lengkap Tentang Emosi posted on 15 March 2017
  • Pengaruh Motivasi terhadap Timbulnya Perilaku Pengaruh Motivasi terhadap Timbulnya Perilaku posted on 28 March 2012

Recent Posts

  • Mengubah Orang Lain, Bisakah? 27 April 2019
  • Social Intelligence Dalam Hubungan Yang Tulus 26 April 2019
  • Komunikasi Cerdas Dengan L.O.V.E 25 April 2019
  • Hukuman Fisik untuk Anak? 25 April 2019
  • Mengenal Beberapa Tokoh Psikologi Yang Sangat Berpengaruh Lengkap Dengan Gambar 4 April 2019
  • 8 Pertanyaan Wawancara untuk Menilai Kecerdasan Emosional 3 April 2019
  • Pentingnya Kecerdasan Emosional 1 April 2019
  • Pengaruh Warna Dalam Perkembangan Otak Anak 14 January 2019
  • Inilah Cara Yang Tepat Mengabarkan Berita Duka Pada Anak Kecil 14 January 2019
  • Psikologi Parenting, Gaya Orangtua Mendidik Anak 30 October 2018

Tags

Anak artikel psikologi Arti Kepribadian Child Abuse Cinta definisi Definisi Anak Definisi Kecerdasan dorongan emosi Emotional Intelligence freud Gairah hubungan Kecerdasan Kecerdasan Emosi Kecerdasan Emosional Kekerasan Kekerasan Anak motivasi Narsis Narsisme Narsistik Pengertian Pengertian Anak Pengertian Cinta pengertian emosi Perasaan perilaku Perkembangan Anak psikologi Psikologi Anak Relationship Remaja Seksual Sosial Suka teori-teori emosi Teori Cinta Teori Cinta Dalam Psikologi Teori Cinta Sternberg teori emosi Teori Psikologi Tentang Cinta Teori Tentang Cinta Tugas-tugas Perkembangan Anak

Copyright © 2021 · Gen Pahompu on Genesis Framework · WordPress · Log in

  • Kebijakan Privasi
  • About Us
  • Kontak Kami