Sini Masuk! Ini Lho Penyebab Gangguan Kecemasan dan Mengatasinya

Sini Masuk! Ini Lho Penyebab Gangguan Kecemasan dan Mengatasinya

Ada yang pernah dengar apa itu gangguan kecemasan? Kalau pernah tahu teman dekat, saudara atau sahabat yang mengalami tiba-tiba ngerasa bingung, susah tidur, mual-mual dan yang paling parah sampai ada yang muntah dengan kondisi yang susah untuk dijelaskan. Kondisi ini bisa berjalan cukup lama dan butuh waktu lama untuk penyembuhannya sesuai dengan kondisi psikologis si penderita sendiri. Bagi yang belum pernah mengalaminnya hal ini cukup aneh dan susah untuk dimengerti. Tapi tenang! bagi kamu yang memang mengalaminnya, kamu tidak sendiri. Masih banyak penderita seperti ini yang sembuh dengan kurun waktu yang berbeda-beda.

Artikel ini ditulis oleh penulis dunia psikologi diambil dari sesorang yang pernah mengalami hal serupa yang cukup lama, sebut saja A. Si A backgroundnya pengusaha. Si A juga sudah bolak balik ke psikiater dan psikologis tapi tidak kunjung sembuh. Justru si A sembuh karena terinspirasi dari temannya anak jalanan. Kok bisa gitu? baca dulu ya sampai habis.

Sebelum bagaimana cara mengatasinnya, harus diketahui sebabnya dulu ya! Kita akan urutkan penyebab yang paling sering:

  1. Ketidakmampuan Mengatasi Stres: Beberapa orang mungkin memiliki ketidakmampuan dalam mengatasi stres atau merasa kewalahan oleh tuntutan sehari-hari. Ini dapat berkontribusi pada perkembangan gangguan kecemasan.
  2. Pengalaman Trauma: Pengalaman traumatis seperti kecelakaan, kekerasan fisik, pelecehan, atau kematian yang mendadak dapat menyebabkan gangguan kecemasan, seperti gangguan stres pasca trauma (PTSD).
  3. Faktor Genetik (si A diposisi ini): Riwayat keluarga dengan gangguan kecemasan atau gangguan mental lainnya dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami gangguan kecemasan. Faktor genetik berperan dalam rentang kerentanannya terhadap kondisi tersebut. (menurut si A faktor genetik ini juga mempengaruhi cara merespon sebuah masalah yang aneh juga seperti penjelasan 1.)
  4. Perubahan Kimia Otak: Ketidakseimbangan neurotransmitter (zat kimia otak) seperti serotonin, dopamin, dan norepinefrin dapat berkontribusi pada perkembangan gangguan kecemasan. Ketidakseimbangan ini dapat mempengaruhi regulasi suasana hati dan respons terhadap stres.
  5. Faktor Lingkungan: Lingkungan di sekitar individu juga dapat berperan dalam perkembangan gangguan kecemasan. Stres kronis, tekanan dari pekerjaan, masalah keluarga, atau perubahan hidup yang signifikan dapat memicu kecemasan.
  6. Gaya Hidup dan Kebiasaan: Faktor gaya hidup seperti kurang tidur, pola makan yang tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, dan konsumsi alkohol atau obat-obatan tertentu dapat memengaruhi keseimbangan mental dan emosional.
  7. Kondisi Medis Lainnya: Beberapa kondisi medis seperti gangguan tiroid, gangguan jantung, dan gangguan neurologis dapat memengaruhi keseimbangan kimia otak dan memicu gejala kecemasan.
  8. Penggunaan Zat Adiktif: Penyalahgunaan alkohol, obat-obatan terlarang, atau bahkan obat resep tertentu dapat memicu atau memperburuk gangguan kecemasan.
  9. Perubahan Hormonal: Perubahan hormon yang terjadi selama periode seperti kehamilan, menopause, atau pubertas dapat mempengaruhi keseimbangan emosional dan menyebabkan gejala kecemasan.

Bagaimana mengatasi gangguan kecemasan yang berlarut-larut?

Mengatasi gangguan kecemasan melibatkan pendekatan yang holistik dan mungkin memerlukan kombinasi berbagai strategi. Nah bingung ya apa itu pendekatan holistik? Gini, pendekatan holistik itu ibarat kamu yang mengalamin gangguannya dan dicoba berbagai macam interaksi dengan orang lain. Tujuannya agar mengenal lebih dekat bagaimana karakter kamu. Atau gini deh, ibarat kamu mencari pasangan, pacar atau teman, disitu akan terlihat karakter pasangan kamu atau karakter temanmu. Semakin lama kamu bersama pasangan / teman, semakin terlihat karakternya. Begitulah penjelasan awam pendekatan holistik. Disinilah peran psikologi memahami karakter kamu.

Psikologi akan mendekati kamu dengan segala curhatan yang solutif yang pas untuk karakter kamu tanpa memberi intervensi & tekanan dalam hal komunikasi. Tapi ada juga lho yang pakai psikologi bertahun-tahun tapi tidak kunjung sembuh juga, termasuk si A. Lantas bagaimana si A bisa sembuh?

Nih yang disampaikan si A:

“Jangan pernah lihat orang lain bagaimana mereka dilahirkan dan belajar. Kamu dilahirkan dengan cara merima masalah yang berbeda-beda , respon yang berbeda dan cara belajar yang berbeda pula. Kamu bukan berbeda dari orang lain dan bukan pula kamu sakit jiwa! Kamu hanya perlu belajar setelah dilahirkan didunia. Belajar itu tidak hanya berjalan dan berbicara. Mempelajari bagaimana dirimu merespon masalah yang bikin kamu depresi, karena orang lain yang dilahirkan dengan masalah yang sama itu belum tentu se-depresi kamu cara meresponnya. Masalah itu umum kok, yang bikin beda hanya meresponnya aja dan cara belajarnya!”

Wih, dalem banget ya! Berarti depresi itu sebuah proses belajar menerima sesuatu yang tidak disukai. Jadi ingat yang dikatakan Profesor Yohanes Surya, “Tidak Ada Anak Indonesia yang Bodoh”. Profesor berarti percaya tidak ada orang yang tidak bisa dalam belajar menerima sesuatu sampai menjadi “BISA”, hanya saja setiap orang berbeda cara belajarnya dan waktunya. Semua itu akan lebih cepat, jika si Anak tadi yakin apa yang dikatakan Profesor.

Baca :  Tugas-tugas Perkembangan Anak

Ini sama halnya kamu yakin mempercayai si psikologi, si profesor, atau teman si A tadi. Semua faktor penentu ada di-kamu, jika kamu meresa pas belajar dengan orang yang kamu anggap pas, kamu akan cepat terbiasa atau disebut ahli dalam mengelola stres-mu.

Seperti proses belajar mengendarai sepeda, didalam proses itu pasti kamu mengalami jatuh berkali-kali. Sama halnya depresi, kamu selama prosesnya sampai “KAMU BISA”, pasti kamu masih meresakan sakitnya. Belajar itu ada yang bisa sendiri, ada yang harus dibimbing orang lain yang lebih berpengalaman agar tidak terlalu pusing dalam prosesnya. Berikut cara mengatasi proses “depresi”-mu atau proses belajarmu, sesuaikan yang menurut kamu pas:

  1. Konsultasikan dengan Profesional Kesehatan Mental: Langkah pertama yang penting adalah mencari bantuan dari profesional kesehatan mental, seperti psikolog atau psikiater. Mereka dapat melakukan penilaian menyeluruh terhadap kondisi Anda dan memberikan panduan serta pengobatan yang sesuai.
  2. Terapi Kognitif Perilaku (CBT): CBT adalah jenis terapi yang sangat efektif untuk mengatasi gangguan kecemasan. Terapis akan membantu Anda mengidentifikasi pola pikir negatif yang memicu kecemasan dan bekerja bersama untuk mengubahnya menjadi pola pikir yang lebih seimbang dan positif.
  3. Terapi Pemaparan: Terapi ini melibatkan paparan bertahap terhadap situasi atau objek yang membuat Anda cemas. Ini membantu mengurangi kecemasan dengan memungkinkan tubuh Anda beradaptasi dengan situasi yang memicu kecemasan.
  4. Relaksasi dan Teknik Pernafasan: Teknik pernapasan dalam dan latihan relaksasi seperti meditasi, yoga, atau pijat dapat membantu mengurangi stres dan ketegangan fisik yang terkait dengan kecemasan.
  5. Gaya Hidup Sehat: Pola tidur yang cukup, makan makanan sehat, dan rutin berolahraga dapat membantu menjaga keseimbangan kimia otak dan meredakan gejala kecemasan.
  6. Hindari Konsumsi Zat yang Memperburuk: Hindari alkohol, kafein, dan obat-obatan terlarang, karena mereka dapat memperburuk gejala kecemasan.
  7. Dukungan Sosial: Mengajukan dukungan dari teman, keluarga, atau kelompok dukungan dapat membantu Anda merasa lebih didukung dan kurang terisolasi dalam menghadapi kecemasan.
  8. Kurangi Stres: Identifikasi faktor-faktor yang memicu stres dalam hidup Anda dan cari cara untuk mengurangi atau mengatasi stres tersebut, misalnya dengan merencanakan waktu istirahat atau mengelola waktu dengan lebih efektif.
  9. Latih Keterampilan Mengatasi Masalah: Belajar cara mengatasi masalah dan menghadapi tantangan hidup dapat membantu Anda merasa lebih percaya diri dan mengurangi rasa cemas.
  10. Pengobatan: Dalam beberapa kasus, pengobatan seperti obat-obatan antidepresan atau obat penenang mungkin direkomendasikan oleh profesional kesehatan mental untuk membantu mengatasi gejala kecemasan.
  11. Pendekatan Holistik: Pertimbangkan untuk menggabungkan pendekatan medis dengan terapi alternatif seperti akupunktur, aromaterapi, atau olahraga seni (misalnya seni lukis atau musik) yang dapat membantu meredakan kecemasan.

Baca :  Ketika Orang Berbicara di Belakang Anda (Gosip)

Jangan mengurung diri, menyalahkan diri sendiri apalagi menyalahkan hidup, kamu tidak akan pernah menjadi bisa kalau melakukan dengan cara seperti itu. Jadi, jangan dibaca aja ya. Jangan takut, pelajari masalah baru yang akan datang dan lakuin yang terbaik untuk mempelajarinya. Jika kamu sudah bisa, kamu pasti sudah terbiasa kok menghadapi masalah yang sudah kamu pelajari!

Share this post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *